Al-Ilmu

"Ambillah kebaikannya dan tinggalkan jika tidak sesuai tanpa mencelanya"

Jurnal Penelitian Pendidikan

Blog ini menyediakan: Jurnal-Jurnal Pendidikan, Prosiding, E-Book, serta Materi Kuliah yang free akses

Minggu, 11 Februari 2018

Kuliah_Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Biologi

Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Biologi 

Ditulis oleh: Yuningsih (15725251028)


Pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi merupakan ajang kajian dari berbagai dimensi keilmuan terhadap pengembangan kurikulum dan kaitannya dengan pembelajaran biologi. Pengembangan kurikulum merupakan proses penyusunan yang dimulai dari perencanaan, penerapan, hingga evaluasi oleh pengembang kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Sementara pembelajaran biologi merupakan integrasi keilmuan antara biologi sebagai ilmu, karakteristik subyek didik, dan teknologi pendidikan.
Melalui pembelajaran biologi dapat dikembangkan berpikir biologi (bernalar verbal) kepada peserta didik, sehingga peserta didik mampu merefleksikan ilmu biologi dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, berpikir klasifikasi melalui pengelompokan, berpikir sibernatik melalui fisiologi, berpikir probabilitas melalui genetika, berpikir antiseptik melalui mikrobiologi, termasuk melakukan percobaan melalui metode ilmiah dan sebagainya. Dengan cara berpikir yang demikian diharapkan dapat membekali peserta didik untuk berkompetisi dengan peserta didik lain di kancah dunia.
Mata kuliah ini cukup essensial karena dapat menggambarkan essensi pendidikan secara umum melalui pemikiran tingkat tinggi (high order thingking) oleh para mahasiswa yang mengkajinya. Sebagian besar kajian membahas mengenai pengembangan kurikulum di indonesia dan tergetnya di masa depan. Adapun ciri masa depan adalah masyarakat informasi akibat kemajuan teknologi. Oleh karena begitu banyak informasi yang akan menimbun, maka masyarakat harus dapat memilah dan memilih informasi mana yang memang dibutuhkan dan bermanfaat bagi dirinya. Termasuk pribadi yang bermoral sangatlah dieperlukan dalam hal ini. Di sinilah dibutuhkan peran besar kurikulum untuk membekali peserta didik dalam kehidupan mereka.
Adapun deskripsi dari mata kuliah ini, bahwa dalam proses pembelajaran mata kuliah pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi menitikberatkan pada pendekatan induktif-deduktif eksploratif dalam proses pemahaman. Model pembelajaran yang digunakan yaitu jigsaw (rangkaian diksusi kelompok ahli-kelompok asal-antarkelompok). Pembelajaran menggunakan metode student centered learning, dimana mahasiswa sebagai peserta didik yang aktif. Sementara dosen bertindak sebagai fasilitator termasuk penentu rancangan kegiatan kuliah, sebagai klarifikator dan konfirmator terhadap hasil kajian diskusi, serta sebagai sumber pengembangan dan pembimbingan dalam pengembangan tema yang disajikan.
Tema utama yang disajikan sejumlah 13. Dari ke 13 tema tersebut, 3 tema dikaji setiap dua pekan sekali. Pekan pertama diskusi antarkelompok ahli, dan pekan berikutnya diksusi antarkelompok asal. Namun, karena keterbatasan waktu maka diksusi antarkelompok asal dilakukan di luar jam efektif (di luar kelas). Hal ini cukup efisien, akan tetapi terkadang tidak setiap mahasiswa dapat aktif sehingga terkesan ada yang mempelopori sementara anggota yang lain mengikuti. Meskipun demikian, tetaplah terjalin diksusi bersama menyatukan pikiran dan perbedaan berbagai pendapat setiap anggota. Selain itu, ide yang dikembangkan tiap-tiap kelompok tidak terbatas dan berbeda satu sama lain sehingga bahan yang diperoleh cukup banyak.
Secara garis besar, diantara kelompok ada yang mengangkat tentang aplikasi di masyarakat, ada yang mengangkat ide kelompok dalam menghadapi tuntutan masa depan, ada pula yang membandingkan suatu obyek dengan obyek lain. Namun, secara keseluruhan mahasiswa mengkaji dari studi literatur. Sebetulnya akan lebih bagus lagi jika dikaji langsung persoalan di lapangan baik melalui observasi, eksperimen dan sebagainya. Akan tetapi, hal ini memang cukup membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih. Jika melalui sekolah, maka tidak setiap sekolah akan menerima mahasiswa untuk diobservasi, melainkan harus mengurus administrasi yang cukup panjang.
Kajian pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi ini menggunakan alur perolehan pengetahuan: thinking, feeling, sensing, dan believing. Melalui thinking, untuk mengkategorikan hasil kajian apakah logis atau tidak (logical-illogical). Alur feeling, untuk mengkategorikan hasil kajian apakah ada pencerahan/intuisi atau tidak (insight- no insight). Alur sensing, untuk membedakan hasil kajian sesuai tidaknya dengan persepsi (perceptipn-misperception). Alur believing, apakah hasil kajian diperoleh ideologi atau khayalan (ideology-delusion).
Setiap tema dikaji menggunakan kombinasi keempat alur tersebut. Apabila hasil kajian yang diperoleh tidak logis dan/atau tidak ada pencerahan dan/atau salah persepsi dan/atau tidak ada ideologi, maka kajian pengembangan kurikulum tersebut perlu dikaji ulang sebelum dijadikan pertimbangan dalam pengembangan kurikulum.
Melalui kajian mata kuliah ini kita menjadi lebih paham mengenai pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi, bagaimana mengembangkan kurikulum, maknanya pengembangan kurikulum yang sesungguhnya, mengapa kurikulum harus dikembangkan, serta dimana sesungguhnya pengembangan kurikulum pendidikan biologi di indonesia ini berkiblat. Maka, sebagai bagian refleksi content dari mata kuliah pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi ini dapat dituangkan sebagai berikut.
Pada dasarnya mengembangkan kurikulum yang konsisten secara konseptual memang tidaklah mudah. Apalagi dalam mengimplementasikannya yang tidak disertai dengan penyiapan lapangan yang tepat. Jadi, perubahan kurikulum bukan sekedar pergantian dokumen, melainkan berimplikasi luas terhadap perubahan paradigma, kebiasaan, dan kemampuan lama menuju yang baru.
Dalam mengembangkan kurikulum tiada salahnya untuk menengok ke belakang sejenak. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana langkah kita, di posisi mana keberadaan bangsa saat ini, pengembangan yang seperti apa yang sebenarnya dibutuhkan bangsa ini, serta langkah mana yang harus ditempuh untuk mengatasi persoalan bangsa yang ada. Maka jangan sampai melupakan sejarah, karena bagaimanapun sejarah yang membawa kita menjadi demikian. Seperti yang dituliskan oleh   prof. Wuryadi (2013), bahwa pengembangan kurikulum yang mengabaikan modal pendidikan, sejarah perjuangan bangsa, modal kultural, dan modal kekayaan alam indonesia, akan cenderung bersifat dan berwatak universal, global dan menjadi asing bagi masyarakat indonesia sendiri.
Dalam perencanaan kurikulum, perlu mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi dinamika kurikulum. Faktor tersebut antara lain: perkembangan ilmu, teknologi, dan budaya; kebutuhan masyarakat, bangsa, dan negara; perkembangan teknologi pembelajaran, kebutuhan lembaga, dan kebutuhan peserta didik.
Oleh karena kurikulum dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian, maka peran riset disini sangatlah penting. Riset dan pengkajian perlu dilakukan terhadap seluruh faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika kurikulum. Selain itu, pertimbangan lain yang tidak kalah penting bahwa kurikulum yang dikembangkan harus berdasar pada hasil evaluasi pelaksanaan dan kekuatan-kelemahan kurikulum yang dilaksanakan tempo lalu. Adanya evaluasi adalah untuk memperbaiki program yang akan datang.
Pelaksanaan kurikulum atau implementasi kurikulum merupakan kegiatan mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional yang lebih konkret. Bagaimanapun juga keberhasilan implementasi kurikulum sangat tergantung pada kesiapan pelaksana di tiap satuan pendidikan, baik kepala sekolah, guru dan tanaga-tenaga kependidikan. Dalam mengembangkan kurikulum juga tidak lepas dari berbagai pihak terkait, seperti pengguna lulusan, alumni, orang tua, politikus, dan sebagainya.
Meskipun dalam implementasi kurikulum seolah lebih berpihak dari sisi kependidikannya, akan tetapi sesungguhnya faktor politik, sosial, budaya, ekonomi, ilmu, dan teknologi turut berperan penting dalam proses pengembangan kurikulum. Oleh karena itu, hal ini juga perlu dipertimbangkan sebagai penentu kebijakan. Lebih dari itu, akan lebih bermakna lagi jika setiap pelaku pendidikan diikutsertakan dalam pengembangan kurikulum di daerahnya masing-masing, sehingga kurikulum tidak lagi terkesan terpusat/sentralisasi, melainkan devolusi atau desentralisasi. Hal terpenting bahwa penyelenggara pendidikan di tingkat darah tersebut tidak seolah mati suri, melainkan hidup dan menghidupkan pendidikan di daerahnya.
Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk memeriksa tingkat tingkat ketercapaian tujuan pendidikan nasional. Dalam skup makro, indikator evalusi tidak hanya terbatas pada efektivitasnya saja, melainkan relevansi, efisiensi, dan kelayakan program, misalnya kurikulum 2013. Dalam pengajaran biologi, maka evaluasi kurikulum berlaku dalam skup mikro misalnya evaluasi pembelajaran biologi dengan model pembelajaran inquiry, dan sebagainya.
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan dalam kurikulum tersebut. Hasil evaluasi inilah yang digunakan oleh para penentu kebijakan untuk memutuskan tindak lanjut kurikulum yang telah dilaksanakan, dihentikan, direvsi, atau dijalankan kembali.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran, akan pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang senantiasa berkembang, kebudayaan bangsa yang harus dilestarikan keberadaanya, tuntutan perkembangan zaman yang semakin menggilas jika tidak diikuti, globalisasi yang semakin membawa masyarakat kepada dunia informasi, serta tuntutan lain yang sifatnya sangat krusial. Adanya kesadaran tersebut mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat dan cermat adanya perkembangan ipteks.
Oleh karena semua itu tak bisa dihindari, maka bagaimana caranya untuk menghadapi faktor-faktor tersebut dengan cermat, tepat, sesuai kebutuhan. Tidak semata-mata terbawa arus, melainkan tetap mengontrol diri dengan adanya teknologi. Selain itu, diiringi dengan moral dan keimanan yang kuat pada diri tiap-tiap individu peserta didik supaya tidak terjajah dengan adanya teknologi. Lebih dari itu, peserta didiklah yang mewarnai teknologi dengan kemanusiaan. Bahkan para ahli mengatakan bahwa abad 21 merupakan abad pengetahuan karena pengetahuan menjadi landasan utama segala aspek kehidupan. Maka jadilah diri yang mewarnai lingkungan bukan sebaliknya.

***Alhamdulillah***
Bagi yang ingin mendownload dapat diklik melalui tautan berikut. Baarokallahu fiik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar